You and Me Together Forever

Posts Tagged ‘bedah buku

Menjadi Lajang Itu Tidak Mudah

250309-M57-foto Ficer-Bedah Buku Lets Talk About Single Female_resizeMenyandang gelar single, apalagi untuk mereka yang telah memasuki usia kepala tiga memang memberikan beban tersendiri. Apalagi untuk seorang wanita. Namun, tidak usah berkecil hati karena hal tersebut bukanlah aib namun hanya belum saatnya untuk bertemu jodoh.

Ya, itulah yang ingin disampaikan Inayati Ashriyah dalam acara bedah bukunya yang berjudul “Let’s Talk About Single Female” di Pekan Raya Maulid Nabi Muhammad saw yang diselenggarakan Bandung E-Tronik Mall (BeMall), pada Rabu (25/3).

“Tidak ada kata telat untuk menikah. Yang ada hanya belum saatnya dipertemukan dengan jodoh yang tepat,”ujar Inayati Ashriyah atau yang kerap disapa Inas itu.

Buku yang ditulis oleh Inas tersebut ditulis berdasarkan pengalaman hidupnya yang melajang hingga usia 32 tahun serta pengalaman teman-temannya. Buku tersebut bercerita tentang catatan wanita yang masih lajang dari awal pergerakkan untuk mencari jodoh hingga akhirnya sampai pada mimpi yang ingin dicapai yaitu menikah. Inas menceritakan pula kesulitan perempuan lajang yang mendapat banyak tekanan atau terkadang cemoohan dari lingkungan sekitar.

Inas juga memasukkan lika-liku kehidupan seorang perempuan lajang yang terkadang harus dilangkahi oleh adik-adiknya untuk menikah. Ia juga menuliskan tentang berbagai mitos yang merugikan bagi wanita lajang salah satunya adalah mitos yang menganggap bahwa perawan tua itu biasanya identik dengan sosok yang judes dan galak.

“Di dalam buku ini diceritakan bahwa menjadi wanita lajang apalagi bagi mereka yang telah memasuki usia-usia yang seharusnya sudah menikah itu tidak mudah. Saya ingin menceritakan itu agar orang-orang tidak memberi cap negatif terhadap wanita lajang,”ujar Inas.

Buku “Let’s Talk About Single Female” tersebut merupakan buku ke-13 karya Inas. Buku yang terdiri dari 137 halaman tersebut berisi 28 judul cerita yang terbagi menjadi empat bab. Empat bab tersebut disusun dengan alur maju dari mulai pencarian hingga akhirnya pernikahan. Empat bab tersebut antara lain, Big Question Mark, Get Help, Penantian, dan Akhirnya Datang Juga.

Inas mengatakan bahwa buku tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi kaum wanita khususnya wanita lajang tetapi juga ditujukan untuk kaum lelaki dan para orang tua.

“Para lelaki juga perlu membaca buku ini agar mereka bisa memahami lawan jenisnya. Selain itu, orang tua juga harus membaca agar mereka memahami bahwa menjadi wanita lajang itu bukanlah suatu aib dan tidak terus-menerus terjebak dalam mitos-mitos soal wanita lajang,”ujar Inas.

Menurut Nia Kurniawati, salah satu narasumber dalam acara bedah buku tersebut, buku karya Inas merupakan buku yang sangat menakjubkan.

“Persoalan jodoh adalah persoalan waktu. Dengan membaca buku ini, saya bisa berpikiran positif bahwa masih banyak hal-hal indah yang bisa dijalani saat kita menjadi lajang,”ujar Nia yang memang masih lajang.

Nia juga mengatakan bahwa hidup melajang memang tidak mudah namun masih banyak keuntungan yang bisa dinikmati kala seorang wanita menjadi lajang.

“Namun status lajang tersebut jangan lalu dijadikan alasan untuk tidak menikah,”ujar Nia.

Buku ini menyiratkan banyak pesan untuk wanita lajang supaya tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup sebagai seorang lajang.

“”Saya hanya ingin memberikan motivasi pada para wanita agar tidak putus asa dalam menjalani hidup sebagai lajang karena memang belum saatnya dipertemukan dengan jodoh,”ujar Inas.

Inas menambahkan, agar keluarga dan lingkungan sekitar terus memberikan semangat pada para wanita yang masih lajang serta jangan berprasangka buruk pada para wanita yang memang belum menikah. Selain itu, para wanita lajang sebaiknya tetap berusaha dengan cara bergaul dan membuka diri dengan banyak orang serta tidak malu untuk menunjukkan diri bahwa ia belum menikah.

“Saya ingin para wanita lajang memiliki keberanian untuk mengatakan kondisinya yang sebenarnya dan mengatakan bahwa I’m available,”ujar Inas. (DEWI RATNASARI)